Yogyakarta, 23 – 25 Agustus 2013, tepatnya di Bumi Perkemahan Sinolewah, Kecamatan Cangkringan, Sleman yang terletak di lereng gunung Merapi menjadi saksi berkumpulnya Keluarga Mahasiswa Katolik dari berbagai penjuru tanah Jawa serta Lampung dan Bali pada sebuah forum yang dikemas dalam “Jambore KMK Se – Jawa ++” dengan tema “Sembah Bakti Kami Ibu Pertiwi”. Se - Jawa ++ yang dimaksud disini daerah Pulau Jawa, daerah Lampung dan Bali. Partisipan dari Jambore KMK Se – Jawa ++ ini adalah Keluarga Mahasiswa Katolik dari berbagai Perguruan Tinggi di Lampung, Serang, Bogor, Jakarta, Bandung, Purwokerto, Semarang, Solo, Salatiga, Yogyakarta, Madiun, Surabaya, Malang, Jember, Denpasar, dan Singaraja.Dari Jember sediri diwakili oleh 3 orang mahasiswa yaitu saya sendiri, Matias Meindra.K dan Katarina Asti.
Misa pembukaan Jambore KMK Se – Jawa ++ dipimpin oleh Romo Bagus Dwiko, SJ sebagai romo mahasiswa daerah Surakarta. Prestigious event ini dikemas dalam berbagai kegiatan – kegiatan dalam rangka peningkatan character building dari para peserta. Kami tidak hanya mengkritisi permasalahan yang ada di sekitar kami tetapi juga berdiskusi, beraksi dan berkolaborasi. Dimulai dengan sharing tokoh, dari seluruh peserta dibagi 2 kelompok sharing yaitu : kelompok politik - jurnalistik bersama bapak Sigit Widiarto (pakar hukum) dan sosial – budaya bersama mas Ismanto (Pematung) dan mas Wiwit (pendamping anak).
Selain itu kami juga diajak terjun ke lapangan dalam bentuk city game, dari keseluruhan peserta dibagi menjadi 9 kelompok dan disebar di 3 titik pemberangkatan yang nantinya akan diberikan rute perjalanan dan tugas yang beda untuk setiap kelompok dan pada akhirnya akan berkumpul lagi pada 1 titik yaitu di gereja Kidul Loji. Dalam city game pada umumnya seluruh kelompok diberikan tugas untuk memungut sampah selama menempuh perjalanan sesuai rute yang diberikan dan pastinya pada kesempatan itu juga mengunjungi tempat – tempat khusus seperti taman makam pahlawan, Pura Pakualam, museum Ki Hajar Dewantoro, Museum Jenderal Soedirman, Museum Budaya, Keraton Yogyakarta,dll kemudian juga mewawancarai masyarakat mengenai toleransi umat beragama beserta permasalahan – permasalahan mengenai toleransi antarumat beragama.
Aksi
kami tidak berhenti di sini, kami juga melakukan aksi penggalangan dukungan
untuk toleransi beragama di kawasan Nol Kilometer, Yogyakarta dengan
mempersilahkan pengguna jalan menempelkan cap telapak tangannya pada cat air
yang dibubuhkan pada selembar kain putih panjang. Kami mengkritisi terjadinya
berbagai perpecahan antarsuku dan konflik berlatar agama di Indonesia serta
menyerukan pernyataan Sikap Mahasiswa Katolik Jawa Lampung Bali dalam aksi damai tersebut.
Di
kesempatan berikutnya kami memperoleh materi dari seorang perajin yang peduli
lingkungan tentang bagaimana kita memanfaatkan barang – barang bekas ataupun
sampah supaya berguna dan pastinya bisa mengurangi permasalahan sampah yang
ada. Setelah itu kami beraksi dengan membuat karya dari sampah yang telah kami
kumpulkan dari city game dan dilanjutkan
dengan aksi sosial di kawasan susteran PPYK (Putri-Putri Yesus Kristus) yang
terletak tidak jauh dai tempat kegiatan kami di sinolewah. Kami diajarkan
bagaimana merawat tanaman kebun, binatang ternak, serta tumbuhan bunga – bunga
yang ada di susteran. Selain itu kami diajarkan membuat pupuk kompos oleh bapak
Sujiman dalam praktik secara langsung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar